Sabtu, 22 Mei 2010

Kebumen perlu Yesus

Shalom,


Tidak ada seorang manusiapun yang bisa "pesan tempat" ketika dia hendak dilahirkan ke dunia sebagai seorang anak manusia. Jika bisa, barangkali semua orang akan memilih jadi anak raja, jadi anak presiden, jadi anak orang kaya, konglomerat, orang terkenal dan lain sebagainya. Faktanya, setiap orang lahir begitu saja, dan tidak mempunyai pilihan untuk menjadi anak siapa, apakah menjadi seseorang yang beruntung, karena dilahirkan dalam keluarga yang baik, mapan, kaya dan lain sebagainya, ataukah sebagai seorang yang "sial" lantaran menjadi anak seorang yang tak punya apa-apa alias miskin.


Menggerutu, mengutuki diri sendiri lantaran "bernasib sial" oleh sebab dilahirkan miskin, sama sekali tidak merubah apa-apa; bahkan sebaliknya, tindakan menggerutu, mengeluhi nasib, menuduh Yang Mahakuasa sebagai tidak adil, maka tindakan serupa itu akan menohok perasaan Yang Mahatinggi, ialah perbuatan dosa juga ujung-ujungnya.


Tindakan yang bijaksana adalah: menerima dengan ikhlas apapun "modal" yang sudah Tuhan berikan kepada kita di waktu lahir, dan "menjalankan" modal tersebut dengan arif bijaksana. Dengan sikap seperti ini bukan tidak mungkin Tuhan akan tersentuh hati-Nya, dan bahkan bisa bangga dengan hamba-Nya yang pandai mengucap syukur. Terlalu mudah bagi Tuhan untuk mengubah keadaan Anda, dari "sial" menjadi "diberkati".


Berbeda dengan soal kelahiran , maka menentukan arah hidup kita sendiri adalah merupakan pilihan, sesuatu yang dapat kita pilih sendiri, dan tidak tergantung "takdir".


Setiap orang bisa bebas menentukan langkah hidupnya sendiri, apakah mau mencari Tuhan, mau mencari kebenaran, ataukah mencari kesenangan duniawi semata, kesenangan pribadi yang sifatnya sementara.


Namun ada sehelai benang merah yang perlu kita cermati. Sebab ternyata, setiap orang , pada waktu dia dilahirkan, pada umumnya juga sudah mempunyai "modal" lainnya, yaitu agama yang dianut orang tuanya,....


Jika semua agama itu baik, dan menjamin Surga jika dijalani sesuai tuntunan atau ajarannya, maka it's no problem. Namun jika ternyata tidak semua agama itu baik - maksud saya, sekalipun dijalani dengan benar ternyata tidak menjamin hidup kekal di Surga - maka itulah problem.


Menghibur diri sendiri dan meyakinkan diri sendiri bahwa semua agama itu baik, tanpa berani mengujinya, bisa-bisa merupakan suatu kecerobohan, yang akan dibayar mahal pada waktu berada di akhirat nanti. Sebaliknya, menguji setiap agama, setiap aliran kepercayaan - dengan hati dingin - adalah langkah yang bijak. Saya yakin, bila suatu agama itu benar, maka diuji dengan alat uji apapun, ia akan tetap merupakan kebenaran.


Saya berani menguji agama saya sendiri, bagaimana dengan Anda,...


Jika Anda seperti saya (sebab kalau sampai jalan hidup kita salah, yang rugi kita sendiri, bukan orang lain) , ikuti terus artikel di blog ini. Jika tidak, lupakan blog ini.


Tuhan Yesus memberkati.